Hidup di Jakarta sudah biasa
melihat pengendara sepeda motor yang ajaib. Mulai dari ibu-ibu-pengendara-motor-matik-yang-hanya-tuhan-yang-tahu-kapan-dia-akan-berhenti, sampai dengan pengendara sepeda motor yang sering melawan arah.
Pengendara motor
yang melawan arah sebabnya bisa bermacam-macam. Bisa karena jalur memutar
terlalu jauh, bisa karena lupa bawa helm (?), dan sebab yang menurut saya
paling absurd adalah karena dia tukang ojek. Saya pernah melihat tukang ojek di
Sudirman di berhentikan polisi karena melawan arah, kemudian dia bilang dia
tukang ojek. Kejadian berikutnya adalah dia dilepaskan sama polisi tanpa tilang, tanpa sogokan dari tukang ojek kepada polisi
dan polisi itu juga tidak memberi peringatan apapun kepada si tukang ojek tersebut :)).
Kalo saya punya Kawasaki Ninja, mungkin saya malu sama tukang ojek. Karena predikat
raja jalanan sekarang sudah milik tukang ojek, bukan milik Ninja lagi.
Berikut saya coba menjelaskan alasan
mengapa banyak pengendara motor di Jakarta suka melawan arah:
- Supaya lebih waspada. Karena kalau pengendara berada di jalur yang benar, rentan ditabrak dari belakang oleh kopaja yang suka kebut-kebutan.
- Biar dibilang anti mainstream. Kalau kata para motivator bisnis, jadilah orang yang melawan arus, supaya kita bisa menemukan hal-hal baru yang tidak ditemukan oleh orang lain yang ikut arus.
- Terinspirasi dari Film fast and furious, dimana Vin Diesel & Paul Walker sering kebut2an melawan arah. Tapi kebanyakan pengendara motor yang suka melawan arah ini gak mampu beli mobil, ya terpaksa pake motor kreditan dulu.
- Karena gak bisa ngelunasin kreditan. Sebelum motornya ditarik sama dealer, mending coba ngelawan arah. Siapa tahu motornya ditabrak, akting galak dan kesakitan, kemudian dapat ganti rugi dari yang nabrak. Motor yang rusak juga lebih ikhlas kalo diambil dealer.
- Lagi pengen bikin kesal orang lain. Dan mereka berhasil.